Sumber Pangan (Sayuran) Sehat

Sayuran merupakan salah satu komoditas penting yang dibudidayakan oleh petani di berbagai daerah di Indonesia. Komoditas sayuran merupakan cash crop yang dapat secara nyata mendatangkan keuntungan bagi petani. Dengan demikian, keberhasilan dalam usaha tani sayuran dapat memberikan sumbangan yang besar bagi kese-jahteraan petani secara langsung. Pada sisi lain yang sangat menarik adalah bahwa konsumsi sayuran segar di Indonesia diprediksikan akan terus meningkat sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat. Peluang meningkatnya permintaan tersebut perlu diantisipasi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas produk sayuran yang dihasilkan dan sekaligus ditawarkan.

Tanaman kelor banyak memiliki nama istilah, seperti “pohon kehidupan” atau “pohon surga” karena manfaatnya pada lingkungan, manfaat sebagai obat, dan manfaat sebagai bahan makanan yang luar biasa. Julukan lainnya dari tanaman kelor ini adalah pohon serba guna yang daun, bunga, buah, kulit kayu, dan akar semuanya dapat langsung dikonsumsi. Lebih dari itu, kualitas nutrisi yang terkandung menjadikan tanaman kelor terkenal sebagai tanaman yang dapat memerangi permasalahan malnutrisi.

Ketermanfaatan tanaman kelor pada awalnya yang telah berlangsung sangat lama hanya sebagai sumber sayuran jika bahan sayuran lain (pokok) tidak tersedia. Di beberapa daerah memanfaatkan tanaman kelor hanya sebagai bahan obat alternatif. Oleh karenanya hingga kini, tanaman kelor banyak dijumpai tumbuh atau sengaja ditumbuhkan hanya sebagai tanaman peteduh di halaman rumah, ataupun sebagai pagar pembatas pekarangan atau kebun.

Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan adalah daunnya.  Daun kelor dapat dikonsumsi karena mengandung gizi dan protein tinggi. Kandungan senyawa berkhasiat sebagai sumber gizi yang terdapat dalam daun kelor meliputi nutrisi, mineral, vitamin dan asam amino. Mineral yang terdapat dalam kelor diantaranya adalah kalsium, kromium, tembaga, fluorin, besi, mangan, magnesium, molybdenum, fosfor, kalium, sodium, selenium, sulfur dan zink.

Kepentingan tanaman kelor ini semakin meningkat dan terus berkembang dikarenakan produk-produk lainnya juga dapat ditingkatkan dalam bentuk produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti minyak kelor (moringa oil). Minyak kelor ini tidak saja bermanfaat sebagai bahan herbal maupun bahan kosmetika, tetapi belakangan ini hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji kelor juga berpotensi sebagai alternatif bahan bakar minyak yang tentunya ramah lingkungan. Hal-hal inilah yang menjadikan tanaman kelor semakin menjadi suatu tanaman yang serba guna dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Manfaat tanaman kelor bagi masyarakat kurang mampu, khususnya para petani bermodal usahatani kecil di banyak belahan dunia sudah sangat terasa. Bercocok tanam tanaman kelor membutuhkan sedikit modal investasi, namun pengembangannya dapat menciptakan lapangan kerja, dan dapat diolah tanpa menggunakan bahan kimia. Tanaman kelor dilaporkan oleh banyak peneliti membutuhkan air dan pupuk organik dalam jumlah terbatas, yang terpenting pemberiannya teratur. Pada kondisi demikian, tanaman kelor akan mampu tumbuh dengan dedaunan yang lebat sepanjang tahun.

 

Arti Penting TAKEDAPOT

TAKEDAPOT merupakan sebuah singkatan dari tanam kelor dalam pot, yang dipandang sebagai sebuah solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang memiliki lahan terbatas namun di lain sisi berkemauan bercocok tanam tanaman yang memberikan manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Jadi tanpa lahan yang luas, bercocok tanam kelor, si tanaman serba guna, masih dapat dilakukan.

Menanam kelor memang terbilang mudah, namun ketersediaan teknik bercocok tanam yang berpeluang memberikan hasil yang lebih menguntungkan dan berkelanjutan belum tersedia, apalagi TAKEDAPOT. TAKEDAPOT sebagai sebuah teknologi tepat guna ini dipersiapkan dengan harapan dapat berfungsi sebagai suatu panduan dalam mempersiapkan sumber pangan (sayuran) sehat yang efektif dan efisien dalam memanfaatkan pekarangan yang terbatas ketersediaannya. Semoga teknologi tepat guna ini dapat pula memberikan inspirasi acuan bagi pemerhati, hobiis, ataupun pengembang tanaman kelor yang nantinya dapat mendukung dan meningkatkan produktivitas serta kelestarian, terlebih-lebih saat ini ekplorasi komponen hasil tanaman ini begitu intensif dilakukan terhadap tegakan yang ada dibandingkan pembaharuan tegakan.

Tanaman kelor sementara ini tidak banyak ditanam sebagai tanaman budidaya seperti tanaman perkebunan tahunan lainnya. Kebanyakan tanaman kelor ditanam hanya dengan tujuan sebagai pagar pembatas ataupun peneduh halaman rumah tinggal.

Pada dasarnya budidaya tanaman kelor di Indonesia belum di-lakukan, tepatnya belum ada yang pernah mengusahakannya secara intensif. Namun beberapa tahun belakangan ini telah ada perusahaan di Indonesia yang mengusahakan atau mengembangkan tanaman kelor ini dengan intensif. Ini memberikan arti bahwa, jika tanaman kelor dibudidayakan dengan baik dan intensif akan memberikan peluang lebih besar pemanfaatannya yang memang serbaguna tersebut.

Persiapan untuk budidaya kelor berbeda dengan persiapan untuk budidaya komoditas perkebunan ataupun pertanian lainnya. Perbedaan pada sistim produksinya yang sangat tergantung pada bagian apa yang akan dijadikan komoditas dan produksi dari pohon kelor itu (seperti daun, buah muda, biji, akar, ataukah kulitnya) yang masing-masing memerlukan sistem produksi tersendiri.

Seperti halnya TABULAPOT (tanam buah dalam pot) yang telah popular terlebih dahulu, demikian pula halnya dengan TAKEDAPOT, karena teknik bertanam ini relatif kompak, fleksibel, dan portabel. Bahkan bagi pekarangan yang umumnya relatif sempit di perkotaan, TAKEDAPOT dapat sebagai elemen lansekap yang memperindah halaman atau taman pekarangan.

Tanaman kelor yang dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah di daerah kering, jika dijadikan sebagai TAKEDAPOT yang dipersiapkan dengan baik, maka kehadirannya di halaman atau pekarangan (terutama di perkotaan) akan menjadi bentuk karya seni tersendiri. Sebuah tanaman yang mungkin tampak umum dan tidak memiliki daya tarik khusus dalam lansekap, dapat memberikan dan menghadirkan karakter lansekap yang sama sekali baru ketika ditampilkan dalam pot, yaitu sesuatu yang unik. Khususnya pada daerah lahan kering TAKEDAPOT akan sangat menguntungkan sehubungan dengan pemanfaatan air siraman yang lebih efisien dan menghadirkan hijauan yang meningkatkan suasana kesegaran di halaman rumah.

TAKEDAPOT memiliki arti penting yang luas, tidak saja sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan sayur (pangan) sehat, namun juga sebagai sarana penyediaan pangan yang berkelanjutan untuk paling tidak keluarga, sebagai sarana pelestarian sumberdaya tanaman kelor, serta jika ditujukan sebagai element lansekap pekarangan, tanaman kelor dalam pot juga dapat diandalkan. Jika kepemilikan TAKEDAPOT cukup banyak yang disertai dengan perawatan yang baik, maka kelebihan hasil panenan tentunya dapat dijual. Hal ini menjadi salah satu peluang usaha yang mendatangkan tambahan pendapatan bagi rumah tangga.

Jadi, TAKEDAPOT dapat dijadikan sebagai kegiatan agribisnis yang menguntungkan. Seperti diketahui bahwa, agribisnis merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis mempelajari strategi dalam memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pasca-panen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Selanjutnya, usaha agroindustri kelor tergolong jenis usaha yang menggunakan teknologi pengolahan yang sederhana dan memanfaatkan bahan baku tanaman kelor yang diolah lebih lanjut menjadi berbagai macam produk makanan maupun olahan yang memiliki nilai tambah.

TAKEDAPOT, memang hebat dan menguntungkan.

 

Daftar Referensi

Fahey, J.W. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for its Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1. Trees for life Journal, 1:5, http://www.tljournal.org/article/phyo/20051201124931586

Fuglie, L.J. 1999. The Miracle Tree: Moringa Oleifera; National Nutrition for the Tropics. Church World Service, Dakar. 68 pp. revised in 2001 and published as the miracle tree; the multiple attributes of moringa 172pp. http://www/echotech.org/bookstore/advanced.

Palada MC, and Changl LC. (2003). Suggested cultural practices for Moringa. International Cooperators’ Guide AVRDC. AVRDC pub # 03–545 www.avrdc.org.

Santoso, B.B., I.G.M.A. Parwata. 2017.  Viabilitas Biji dan Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa oleifera Lam.). Jurnal Sains Teknologi & Lingkungan. 3(2):1-8

Santoso, B.B., I.G.M.A. Parwata, I.N. Soemeinaboedhy. 2017. Pembibitan Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.) Arga Puji Press. Mataram.

Santoso, B.B., Jayaputra, Parwata, IGMA. TAKEDAPOT – Tanam Kelor Dalam Pot.

Penerbit LPPM Unram Press. Mataram. 95h.

West Virginia Department of Agriculture. Container Gardening. Kent Leonhardt, Commissioner. www.agriculture.wv.gov.

 

Bambang Budi Santoso

Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengembangan Pertanian Lahan Kering,

Fakultas Pertanian UNRAM

.

 

Share This